Selasa, 29 November 2011

Cerpen "Wanita Inspiratif Pembangun Peradaban"


Wanita Inspiratif Pembangun Peradaban yaitu
Aku Ingin Menciptakan Keadilan Hak Gender di Kampungku.

            Berawal dari sebuah keyakinan dan tekad seorang anak perempuan.
            Kenyataan adalah bagian dari takdir yang harus diterima, begitu pula anak-anak perempuan di Desa Mauk. Mayoritas penduduk desa ini adalah nelayan, dan rata-rata penduduk dengan pendapatan rendah atau miskin. Hal yang tidak lepas adalah adat,  sudah menjadi adat di kampung itu, anak perempuan hanya di rumah tidak boleh sekolah, dan akhirnya harus menikah di usia belia. Warga di kampung tersebut, mempunyai pandangan, bahwa kodrat wanita pada akhirnya harus melayani suami sehingga tak perlu sekolah. Sedangkan, anak laki-lakinya diusahakan untuk bisa sekolah karena dianggap perlu untuk mencari nafkah keluarga nantinya. Disini lah aku, terjebak di pedalaman kampung, namaku Tera, aku memiliki keluarga yang lengkap, bapak, ibu, dan seorang kakak laki-laki.
Pagi itu, ketika kakakku pergi sekolah, aku hanya bisa mengintip di balik kosen jendela dapur. Ada rasa yang aneh setiap kakakku pergi sekolah, aku pun tak mengerti. Hal yang sangat membuatku gembira, saat ia pulang ke rumah, dia pasti menceritakan hari-harinya di sekolah, dan aku sangat antusias mendengarkan semuanya. Kakakku orang yang sangat baik dan ia orang yang pertama kali mengetahui bakatku. Namanya Gaki, ia dengan senang hati selalu mengajariku pelajaran yang ia dapatkan di sekolah.
“Tera, aku ada PR mengarang bahasa indonesia, maukah kamu membantu membuatnya?” tanya kakak.
“Benarkah kak, apa boleh?” jawabku tak sabar.
“Iya”
Untuk pertama kalinya aku belajar menulis, kuakui kemampuanku baca dan tulis, kakakku yang secara diam-diam mengajari. Aku sangat beruntung punya kakak sebaik dia. Sejak saat itu, tanpa aku sadari aku jadi sering menulis, tentang apa saja yang kulihat, bahkan banyak tulisan yang menurutku tidak terlalu penting. Sampai suatu ketika, kakak membaca tulisan-tulisanku yang kusimpan dibawah baju di lemari.
“Tera, ini kamu yang buat?”
“Iya, kak Gaki, maaf, aku…aku…” jawabku terbata-bata karena takut dianggapnya tidak wajar.
“Dik…aku tahu ada sesuatu dalam dirimu, sejak awal kamu memang anak perempuan yang berbeda dari anak-anak di kampung kita. Boleh aku tanya sesuatu dik?”
“Apa kak?”
“Apakah cita-citamu saat ini?”
Sejenak sesuana hening tidak ada kata-kata, aku hanya bergeming mendengar pertanyaan yang dilontarkan kakakku.
“Apa sebenarnya impianmu dik? Jawablah tidak usah ragu.” tanya kakakku lagi.
“Aku…sebenarnya, aku tidak yakin kak…apakah aku boleh mempunyai mimpi? Aku tidak tahu, teman-teman anak perempuan lainnya tidak pernah membicarakan mimpinya. Mereka hanya bercerita tentang suami mereka, kehidupan yang memang harus mereka jalani nantinya. ” jawabku lugas tanpa kusadari butiran-butiran bening mengalir dipipiku.
“Tera…setiap orang boleh memiliki mimpi dan harus memilikinya. Ketika kamu mempunyai impian, kamu akan punya tujuan hidup. Aku mengerti keadaan ini memang sulit dengan keterbatasan dan segala ketidakmungkinan, tapi ketahuilah dik…mimpi itu bisa membuat keterbatasan menjadi kebebasan untuk melangkah dan ketidakmungkinan bisa menjadi kemungkinan yang tak terduga. Yakinlah dengan mimpimu, aku lihat kamu memiliki bakat menjadi seorang penulis.”
Aku hanya semakin terisak mendengar tuturan kakak, aku tidak pernah mendengar kata-kata seperti itu sebelumnya, yang membuatku semakin terguncang adalah kata terakhir kakak.
****
Selang hari sejak peristiwa itu, aku sering melamun, memikirkan masa depan. Berandai-andai menjadi sesuatu. Siang ini, aku pamit pada ibu, ingin berkeliling kampung. Ibuku kaget, aku yang jarang keluar rumah, tiba-tiba ingin keluar untuk berkeliling pula. Dengan alasan ingin menikmati suasana kampung dan sedikit bujukan, akhirnya ibu mengizinkan. Beruntung siang itu bapak belum pulang kerja, kalau tidak mungkin aku benar-benar tidak diizinkan.
Terik matahari kuhiraukan, setapak demi setapak kujejaki sudut kampung. Langkah kakiku berhenti di sebuah kedai kopi kecil, kulihat sebuah kotak ukuran sedang memperlihatkan hiruk-pikuk orang dan suasana suatu tempat. Akupun tak mengerti, tetapi kudengar orang menyebutnya televisi, kulihat dengan seksama, tampak kendaraan aneh yang jarang kulihat bentuknya melintas di jalan mulus dan sesekali terlihat bangunan tinggi-tinggi. Aku terpana dan terpelongo melihat semua yang ditampilkan, sederet tulisan berjalan di layar tersebut tertulis “lalu lintas jakarta”, kata-kata itu sangat asing menurutku, tetapi yang jelas kuingat suasana yang terlihat di layar kaca tersebut membekas dalam ingatan dan membuatku bermimpi untuk pergi kesana, Mungkinkah? batinku.
Setelah terpikat oleh apa yang baru saja kulihat, aku segera pulang ke rumah, tak sabar ingin menceritakan semuanya pada kakak.
“Kak Gaki…”
“Darimana saja kamu dik?”
Panjang lebar kuceritakan apa saja yang baru kulihat dan bertanya tentang tulisan yang kubaca di layar televisi, “Kak, maksud tulisan lalu lintas jakarta itu apa?” tanyaku dengan penuh penasaran.
“Jakarta itu nama ibukota Indonesia negara kita, itu pusat kota besar dik…lalu lintas jakarta berarti suasana di jalan besar jakarta tempat melintas bermacam kendaraan.”
“Kak…aku ingin sekali kesana.”
“Kelak jika kamu berusaha, semua akan menjadi mungkin adikku, berkeliling dunia menyusuri kota asing, tak kusangka ternyata kamu adik kecilku yang berani mempunyai impian besar.” Kata kakak sambil mengusap-usap kepalaku.
****
Hujan berkelebat hebat, angin berhembus semakin kencang, terdengar sesekali suara petir bergemuruh menambah suasana mencekam sore ini, hari ini tidak biasanya kakak belum pulang sekolah, padahal hari akan semakin gelap, tapi aku tidak ingin berpikir yang tidak-tidak, mungkin saja ia sedang beteduh menunggu hujan reda. Kulihat ibu melipat kain dan bapak memperbaiki jaringnya yang rusak, sepertinya mereka tidak menyadari kakak yang belum pulang. Akhirnya kuputuskan untuk mengatakan pada bapak kalau kakak belum pulang, tak bisa aku elak rasa cemas semakin membuatku khawatir.
“Bapak…kakak belum pulang sekolah.”
“Mungkin kakakmu ada urusan penting, tidak apa-apalah dia anak laki-laki, tak perlu cemas.” Bapakku terlihat sangat sibuk dengan jaring-jaring yang meliliti tangannya, karena dihiraukan aku coba berbicara  pada ibu.
“Buk…kak Gaki belum pulang, mungkin terjadi sesuatu padanya.”
“Tera…kakakmu tidak akan terjadi sesuatu, jangan berpikir yang tidak-tidak.”
Akhirnya aku pasrah, aku tetap menunggu kakak pulang. Tiba-tiba saja…..
Took…Tok…Doorr…..Dooorr….terdengar suara tak sabar gedoran pintu. Aku, bapak dan ibu kaget. Bapak membukakan pintu, aku dan ibu mengikut dari belakang.
“Anakmu….anakmu…..si Gaki….gaki…” kata tetangga sebelah dengan nafas terengah-engah.
“Kenapa anakku? Gaki belum pulang sampai sekarang, dimana anak itu?”
“Anakmu kecelakaan! sekarang dibawa ke mantri[1]
Tanpa mengulur waktu, kami segera menyusul melihat keadaan kakak, aku terhenyak lemas melihat kakak yang dibalut perban putih bercak merah, tampak darah segar masih mengalir.
“Kak………..”
“Tera…kakak mungkin tidak bisa membahagiakan kamu, ibu dan bapak. Tapi aku tahu kamu bisa Tera, kamu anak yang pintar dan berbakat.” Kata kakak pelan sambil sesekali menyatukan gigi atas dan bawah untuk menahan rasa sakit. Deraian air mata tak dapat kubendung.
“Kakak sudah tidak kuat lagi Tera. Kakak mohon, kamu harus bisa meraih cita-citamu.”
Kata terakhir yang kakak ucapkan untukku selama-lamanya, tawa dan senyumnya tidak akan pernah kulihat lagi.
****
Usai pemakaman, kata-kata kak Gaki masih tergiang-giang di benakku. Sejak kakak meninggal, aku tidak berbicara pada siapapun termasuk ibu dan bapak. Aku duduk termangu sambil menopang dagu di atas meja kecil tempat aku dan kakak biasanya belajar. Tanpa sadar aku menarik secarik kertas dan menuliskan kalimat demi kalimat, kutuliskan semua impianku.
Aku ingin menjadi sesuatu, aku ingin meraih mimpi-mimpiku, aku ingin membahagiakan orang-orang yang kusayangi, aku ingin sekolah, aku ingin ke jakarta, aku ingin menjadi seorang sarjana, aku harus menjadi penulis hebat. —Tera—
Keyakinanku untuk mewujudkan semua itu semakin kuat dan memberikan keberanian dalam diri untuk bisa terlepas dari adat kampung. Aku memberanikan diri mengatakan semuanya pada bapak dan ibu, berharap mereka mendukung keinginanku. Aku tidak ingin seperti kebanyakan perempuan di kampungku, tidak memiliki pendidikan, hanya melayani suami, menunjukkan kelemahan kita sebagai perempuan, atau seperti ibu yang kadang dipukul bapak karena tidak beres mengurusi kebutuhannya. Dengan berani kuutarakan maksudku secara halus dan hati-hati.
            “Ibu…Bapak…Tera ingin ke Jakarta, Tera ingin meraih cita-cita. Izinkanlah anakmu ini pergi.”
            “Tera…apa-apaan kamu, anak perempuan mau pergi merantau jauh-jauh. Untuk apa kamu meraih cita-cita, tidak ada gunanya anak perempuan sepertimu, nantinya juga hanya melayani suami. Lagipula bisa apa kamu Tera nanti disana, sekolahpun tak pernah, belajar baca tulis apalagi. Pasti hal seperti itu tidak kamu pikirkan.” Jelas bapak dengan nada semakin meninggi. Lalu aku lihat ibu hanya diam saja tidak berkomentar.
            “Pak..aku bisa, aku bisa baca dan tulis, kak Gaki yang mengajariku, izinkanlah anakmu ini, berikan aku kesempatan, aku mohon Pak...” aku memohon kepada bapakku dengan seluruh daya upaya agar ia mengizinkanku, aku terus bersikeras melontarkan berbagai pendapat.
            “Apa kamu yakin Tera…kamu itu tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupan di luar sana. Bapak sebenarnya hanya takut kalau terjadi sesuatu padamu. Tapi…kamu, sama keras kepalanya seperti kakakmu dan bapak, bapak tahu dari dulu sebenarnya kamu anak perempuan yang berani. Apa cita-citamu Tera?
            “Tera ingin menjadi seorang sarjana dan menjadi penulis berbakat.” Deraian air mata tak dapat lagi kubendung, aku menangis sejadi-jadinya. Selama aku menangis semuanya hanya diam, tidak ada kata-kata sampai akhirnya kulihat bapak dan ibu saling bertatapan dan bapak mulai angkat bicara.
            “Jika kamu memang sudah yakin dan bertekad, raihlah masa depanmu. Bapak dan ibu akan menunggu disini. Sebagai bekal di perjalanan, kami ada sedikit tabungan untukmu.” Aku sangat terharu dan segera berterima kasih pada bapak dan ibu, kucium kedua tangan mereka.
****
Esok hari, aku segera mempersiapkan apa saja yang harus aku bawa sebagai bekal perjalanan ke jakarta. Aku menjadwalkan tiga hari lagi berangkat. Tak kusangka, kabar keberangkatanku tersebar ke kampung, ajaibnya warga kampungku sangat mendukung, silih berganti para tetangga berdatangan ke rumah, kadang sekedar memberikan selamat atau memberikan bekal untukku. Mereka mengatakan awalnya kaget mendengar kenekatanku pergi merantau. Namun, mereka juga merasa bangga, anak perempuan seperti aku berani untuk meraih cita-cita. Sahabat dan teman-teman yaitu anak perempuan memberikan semangat untukku, mereka juga ingin seperti aku dan mengatakan bahwa anak-anaknya kelak harus bisa mendapat pendidikan baik laki-laki maupun perempuan.
Sebenarnya, bagi mayoritas warga di kampungku, berpendidikan tinggi (apalagi sampai pergi ke kota) adalah bukan keharusan, karena dalam kesadaran dan logikanya, mengumpulkan rupiah dan kemudian menikah merupakan hal yang utama. Dalam ukurannya, presiden, menteri, duta besar atau jabatan apapun yang jauh dari jangkauan berpikirnya, dianggap telah ditetapkan di lauhul mahfudz sana (tak ada peluang untuk dinegosiasikan, atau bahkan di intervensi). Kodratnya si C menjadi presiden merupakan buah dari penurunan takdir, dan bukan hasil jerih payah. Dalam keadaan itu, aku tak bisa mendebat dengan rasionalitas apapun karena tahu sendiri, pandangan fundamental demikian selalu sulit untuk dibantah dan bahkan ditelikung karena beribu pembenaran telah disiapkan untuk pembelaannya.
Namun, aku dapat membuktikan bahwa jalan pikiran dan pandangan itu salah, setiap orang mempunyai kesempatan dan ada banyak peluang diluar sana, jika kita mau berusaha. Termasuk aku, wanita inspiratif yang akan membangun peradaban dunia. Awal pembuktian, aku sudah berhasil mencuci otak warga kampungku dengan dogma-dogma setiap orang atau siapa saja pantas memiliki impian dan mengejar cita-citanya setinggi langit.
Sampai jumpa kampungku, kelak aku akan kembali dengan sandang sarjana dan membawa ijazah kelulusan. Akan kubuktikan setiap orang berhak mewujudkan impiannya, termasuk Anda yaitu wanita super dengan pemikiran super yang akan membentangkan horizon keadilan dalam hal gender. Hidup wanita inspiratif pembangun peradaban!


[1] Panggilan untuk orang ahli di bidang pengobatan

Sinari Negeri Dengan Sikap Antikorupsi


Sinari Negeri Dengan Sikap Antikorupsi
Putuskan Rantai Dogma-dogma Koruptor

Korupsi—Hari ini, jika ada orang ditanya tentang korupsi, “mustahil” ada yang menjawab tidak tahu—(Hari gini ngga tau korupsi)—Bagaimana tidak, kasus-kasus terkait korupsi semakin membuming di negeri ini, masalah makelar kasus mencuat ke permukaan. Begitu familiarnya kata itu, tak heran hampir setiap hari kolom di media massa atau surat kabar mengebu-ngebukan kata korupsi.  Sebenarnya kata korupsi itu sendiri, tidak ada orang yang persis tahu, kapan kali pertama kata itu melejit ke bumi.
Konon, korupsi dari bahasa latin yaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.[1]
Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang. Korupsi terjadi diberbagai negara, tak terkecuali di negara-negara maju sekalipun, yang sudah begitu maju pun masih ada praktek-praktek korupsi. Sebaliknya, pada masyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat dan kontrol sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengan semakin berkembangnya sektor ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-usaha pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber alam yang baru, maka semakin kuat dorongan individu terutama di kalangan pegawai negeri untuk melakukan praktek korupsi dan usaha-usaha penggelapan.

Akses perbuatan korupsi merupakan bahaya laten yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu sarang koruptor paling banyak di dunia, apalagi masuk jajaran top ten urutan ke-5 negara yang paling korup, patutkah kita berbangga diri dengan hal ini?

Zaman sekarang, untuk membuktikan kasus korupsi itu menjadi sulit, lebih parah lagi yang sebenarnya adalah sulit menutupi bahwa kasus korupsi tersebut tidak ada. Lambat laun, semua orang akan menyadari, yang namanya “bangkai” disembunyikan seperti apapun lama-kelamaan tercium juga, begitu pun laiknya kasus korupsi. Seyogyanya makelar kasus harus dapat dibongkar dan dibabat sampai ke akar.

Hal yang menjadi polemik, sejak masih disusu ibu sampai dewasa kian, korupsi tidak pernah diajarkan, namun…hal yang tidak pernah diajarkan ini, malah menjadi sesuatu yang amat apik, terorganisir, dan sistemik. Tak tanggung-tanggung ruapan fulus miliaran bahkan triliunan ablas ke kantong oknum-oknum koruptor. Mereka seperti menganggap dunia kehidupan selamanya, entah mau dibawa kemana uang sebanyak itu, padahal mati pun tak akan dibawa. Tapi racun dan virus telah menggorogoti pikiran mereka untuk melakukan perilaku apatis tersebut.

Tentunya akan ada dampak dari perilaku tersebut dan merugikan semua pihak: negara, rakyat, bahkan alam. Mereka hidup ditengah banjir kekayaan, sementara rakyat hidup dalam banjir keringat limpangan keras hidup kemiskinan. Negara yang seharusya semakin maju, kini hanya lari di tempat dengan adanya tangan-tangan amoral. Alam yang seharusnya terjaga, hancur oleh kelalaian bersama, karena harus disibukkan mengurusi tindak-tanduk koruptor. Hentikan semua ini! Bukalah mata untuk melihat hal yang lebih penting. Kita butuh udara segar untuk bernafas dan sinar terang untuk melihat.
Dimana cahaya sinar kebenaran bersembunyi? Ataukah sinar itu memang tidak akan pernah ada. Negeri ini redup, kegelapan bisa muncul kapan dan dimana saja. Negeriku..….lihatlah, disini…ditangan kami, para generasi madani, pemegang amanah masa depan, berpendar sinar yang akan menyilaukan negeri ini, suara teriakan…katakan “TIDAK” pada Korupsi! ‘say no to corruption’.
Kelak di tangan kitalah kunci peradaban, dan di pundak kita letak masa depan negeri ini. Sinari negeri ini dengan sikap ‘Antikorupsi’. Wahai PEMUDA-PEMUDI negeri! bangun dari pusara mimpi di siang bolong, bangkit...dari peraduan yang membutakanmu.                       Aktivis antikorupsi! galakkan semangat juangmu, 9 desember adalah waktu sejarah yang membuktikan eksistensimu.
Percaya atau tidak percaya, negeri ini akan melepaskan diri dari jajahan korupsi, dan pahlawan yang akan membebaskan kita adalah masyarakat biasa seperti anda. Jangan hanya Talk about Corruption atau hanya bicara tentang korupsi. “No Action Talk Only”. Tunjukkan aksi anak bangsa sesungguhnya dengan sikap antikorupsi! Tiadakan labirin menyesatkan kasus korupsi di tanah air. Bentangkan horizon-horizon kebenaran, putuskan rantai dogma-dogma koruptor. Sinari wajah dunia dan negeri ini, hidup jaya dengan sikap antikorupsi. MERDEKA!


[1] Sumber wikipedia.com

Cara Membaca Kilat



TAHAP MEMBACA YANG BAIK :

1.       Melakukan tinjauan awal atas buku
a.       Judul dan pengarang à membantu anda mengingat asal informasi
b.      Teks di sampul depan dan belakangà give you feel to respon the book
c.       Daftar isià memberikan gambaran umum--what you read
*pastikan anda memang butuh buku itu
2.       Membuat Tujuan membaca, how? Make questions:
a.       Apa yang bisa saya dapatkan dari buku ini?
b.      Apa yang penting dari buku ini?
c.       Apakah saya perlu mendalami buku ini atau hanya cukup mengetahuinya saja?
d.      Berapa lama waktu yang saya berikan untuk membaca buku ini?
e.      Apa yang bisa diterapkan dalam kehidupan saya dari buku ini?
f.        Apa yang penting yang bisa meningkatkan nilai ujian saya nanti?
3.       Waktunya BACAKILAT:
  • 1)      Kondisi Genius
  •  2) Pandangan Mata Reseptif
  • 3)      Afirmasi
  • 4)      Bacakilat
  • 5) Tutup

6)      Afirmasi dan Visualisasi
§  Afirmasi dalam kondisi genius, tell yourself:
*      Selama saya baca kilat, konsentrasi saya semakin tinggi
*      Saya semakin rileks
*      Memori jangka panjang saya menerima semua yang saya bacakilat dengan sempurna
*      Saya dengan mudah bisa menyadari dan mengaktifkan informasi yang telah saya bacakilat ini kapanpun dimanapun saya membutuhkannya.
*      Katakan tujuanmu dalam membaca buku tersebut
§  Visualisasià Bayangkan apa yang Anda inginkan
Otak tidak bisa membedakan mana yang kenyataan dan imajinasi. Begitu otak mendapatkan gambaran mental, ia akan langsung melakukannya dengan baik. Lalu pikiran bawah sadar akan melakukan perintah, dan memori jangka panjang sebagai pelaksana.
a.       Apa yang bisa Saya terapkan dalam kehidupan saya dari bab BACAKILAT ini?
è Ayu bisa baca buku pelajaran kuliah; ekonomi, pajak, akuntansi, semuanya dengan selesai dan ayu bisa mengingatnya dengan baik.
è Ayu juga bisa melahap koran-koran, jurnal ilmiah^^
è Ke gramedia tinggal numpang baca selesai bukunya.
b.      Manfaat manfaat apa yang bisa saya dapatkan dengan menerapkannya ke dalam kehidupan saya?
è Ilmu ayu semakin bertambah banyak dengan cepat
è Ayu semakin cerdas dan paham apa yang ayu baca
è Meraih IPK terbaik
è Ayu lebih hemat waktu dan uang----> tinggal numpang baca koran di perpus ga perlu beli, dengan waktu senggang yang terbatas ayu bisa menyelesaikan beberapa buku dengan cepat dan ligat dengan pemahaman yang tinggi.
è Ayu bisa mengejar ketinggalan dari teman-teman.
è Bahasa Inggris ayu semakin mantap dan OK!
è TOEFL bisa mencapai  >560
7)      Masa Inkubasi----> yaitu dengan tidur REM
Tidur yang cukup adalah cara untuk memberikan nutrisi pada otak kita, ini adalah proses otak dalam menyambung informasi yang kita dapatkan & mengendapkan informasi yang kita serap dari BACAKILAT.
*) tidur dengan keadaan gelap
8)      Menggali Intuisi kita----> Like Albert Einstein, mendengarkan dan mempercayai intuisinya.
1)      4 hal yang dicirikan dari Intuisi:
*      Berkomunikasi dengan bahasa perasaanà jika perasaan kita positif, trust for you’r intuition.
*      Cepat dan Spontanà terkadang kita berpikir tanpa berpikir.
*      Bersifat holistisà artinya tubuh, pikiran dan perasaan working together.
*      Berupa hipotesis
You can get a book in 15 minutes! Wew amazing….than in 1 hour to 3 book.


4.       AKTIVASI
1)      Manual
2)      Otomatis----> it’s so great, bayangkan di saat anda butuhkan semua informasi dapat kita keluarkan secara otomatis

1)      Cara aktivasi manual :
*) menggunakan pikiran sadar
a.       Meninjau ulang buku----> Lakukan dengan cepat, dan timbulkan rasa penasaran pada buku tersebut
b.      Menangkap informasi penting---> Proses memindai (siapkan kertas+alat tulis)
·         Memindai
o   kira-kira 10—15 detik/halaman
o   percayakan pada intuisi
*) Jika timbul perasaan ingin membaca kata demi kata, katakan pada pikiran sadar, “Ya, terima kasih, saya sedang mempraktikkan Bacakilat”
·         Cari kata yang menarik----> jelajahi kata menarik tersebut
*) bisa ditandai dengan stabillo
·         Aktiflah bertanya
c.       Mengintegrasikan ke dalam mindmapping
Di kertas HVS horizontal, make topic in center
d.      Membaca ekspress
*)jika masih ingin dan memerlukan informasi yang lebih mendalam.
**) Kamusà
Anda bisa membaca kilat kamus berulang-ulang dan dengan menentukan tujuan Anda yang jelas. Misalnya, Anda ingin meningkatkan kosakata Anda dalam bahasa asing. Kemudian bacalah buku berbahasa asing tersebut. Anda akan lebih sering mendapatkan intuisi makna yang disampaikan dalam kosakata itu. Anda akan menjadi lebih mudah mengerti dan juga cepat dalam membaca.

EFFECT OF THE WORLD BANK AND IMF IN INDONESIAN ECONOMY


This is my first time be winner to writing essay
In My Campuss--STAN
**One day, I wish can to be author, get pulitzer and Nobel economy**





EFFECT OF THE WORLD BANK AND IMF IN INDONESIAN ECONOMY 
Ayu Harisa


The development of world economy in globalization that is eliminating barriers of the free trade and economic integration be getting stronger. Encourage cooperation between countries and international financial institutions. Structuring global economic and political post-World War II through the establishment of the United Nations and economic institutions with some degree has opened the path for the involvement of international institutions in domestic problems in many countries.
World Bank and International Monetary Fund (IMF) are the two multilateral institutions intended to be reviewed based on its role and influence quite large in economic development in various countries including Indonesia. Together with the other international agencies and donors, World Bank and IMF get involved in laying the basics of policy and pattern of the Indonesia development.
World Bank and the IMF were established at the similar time and place in 1944, Breton Woods, New Hampshire, USA, and the two are often called as the Breton Woods Institutions (BWI). The World economic situation was not stabilized since the World War II raging and caused of anxiety be over again as Great Depression (1930). With this background the two institutions were established with the primary objective to build a global economic stability.
The IMF was established specifically to deal with international monetary system, particularly payment systems and exchange various currencies of the World; enabling financial transactions between countries can run well. On the other hand, the IMF is also a 'Fundraising-Institution' which is available to help in the form of provision of Tempo raring Financing for its member countries, particularly in overcoming the difficulty for balancing to the their payments ‘Balance of Payment’. In its function to control the international monetary system, the IMF has three main tasks, those are:
1. Keep the stability for exchange rate,
2. Prevent unhealthy competition among the country for their currency devaluation,
3. Correction to the problems of Balance of Payment.
Those tasks are seemed simple but have very broad implications of the global economic order.
While the World Bank (International Bank for Reconstruction and Development stand for IBRD), was originally formed to fundraise the Europe economic reconstruction after World War II. This function of the World Bank then developed into a broader, no longer limited to the reconstruction efforts due to the war for European, but also includes the Fundraising of rehabilitation due to natural disasters, education, health, infrastructure, economic rehabilitation after a period of conflict between States. World Bank provides concessional funds that are soft which terms more easily than commercial loans. Currently, the World Bank focused its programs in global poverty alleviation efforts, especially in order to achieve the target as contended in Millennium Development Goals 2015 (MDG's 2015).

The World Bank's role in Financing Development in Indonesia
In the last two decades (20 years) of the Indonesian Economic Progressing has occurred a fundamental change by the Indonesia's debt to the World Bank that is mainly the increasing in the investment or credit allocation for development of education, health, environment and social development. This is as accordance with the World Bank's mission to fight the poverty as contained in the MDG's 2015 .
There was also a change in borrowing patterns, especially at the time of Indonesia's crisis in financial, the loans are not just for ‘Project Loan’ that portion is quite large and straight into the Nation Budget as implemented as  budgetary support. In general, the number of Indonesia's debt to the bank the world has declined sharply and this trend is expected to be continued so that dependence on foreign loans may be reduced.
In 2003 the Indonesian Government decided not to cooperate with the IMF then formulate economic policy package, known as the "White Paper" to prove a serious effort to continue the economic reformation independently with monitoring control only in the hands of the government. World Bank saw the self-monitoring mechanism is potential to be run according to standards and reform of Indonesia's ability. Whereas with the KKN (corruption, collusion and nepotism) is still a major problem. Indonesia needs to seriously take steps to increase the transparency and accountability. It’s based the World Bank made the issue of transparency and accountability become elements in every project.  World Bank program focuses on three things, those are:
1. Improve the investment climate,
2. Provide quality public services for the poor,
3. Good Governance.
 One way to achieve the attainment of good governance is create a credible legal and judicial system improved prevention  for corruption measures and regulations for a transparent public finance system at all levels of government.  The Indonesian government, to strengthen oversight and accountability in public finance sector, the State Finance Act to give greater role to the CPC to conduct surveillance. In addition as the Government's seriousness in combating corruption, that is the latest now the cooperation between the FBI (Federal Board of Intelligent) and the KPK (Corruption Eradication Commission).

IMF Role in Macroeconomic Stabilization Indonesia
The IMF's role in Indonesia became very prominent during the monetary crisis. At the beginning of the crisis, the Indonesian government took various policies whose aims to stabilize the rupiah currency, fiscal consolidation, reduction of current account deficit, strengthen the banking sector and industry corporate sector. Follow-up among others are delaying or cancelling the implementation of major projects as well as reducing subsidy fuel, closing banks that are not in good condition and do the merger, as well as opening opportunities for foreign investors to own shares of more than 50 percent.
The policy makes Rupiah currency be stable for a while, but more and more companies are unable to meet its foreign debt obligations (default). The things the government is the primary consideration at that time to invite the IMF for help in the achievement of monetary and macroeconomic stability.
Recommended IMF loan can be grouped into three sections, those are :
1. The realization of a strong macroeconomic framework,
2. Comprehensive strategy to restructure the financial sector,
3. Structure policy in general including good governance.
After the economic recovery, in accordance with the mandate of the Assembly to immediately end the IMF program, has issued a series of policy packages before going after the expiration of the cooperation program with the IMF adopted by Presidential Instruction No. 5 of 2003.
As for fiscal policy-the government in order to obtain funds and the policies adopted to use the funds in the implementation of development-directed to:
1. State budget deficit decline gradually to reach the balance position;
2. Reduce the stock of government debt to GDP to reach a safe position;
3. Reform and modernization of the national taxation system to develop a reliable source
    of State revenue;
4. Increase the efficiency of State spending;
5. Development of government debt management system effective.
Streamlining policies when faced with a crisis often forced to trade off the weight between the negative impact which caused by the momentum that may be biased because of doubt lost in the decision. Many communities get involved by the given of the structural reform, to be more effective, there needs broad public support. Therefore, communication strategies need to be selected sharpshooter and intensive public consultation.
Based on the Progress Report of the Execution Functions and Powers of Bank Indonesia, the Indonesian economy in 2010 grew by 6.1%, among the imbalance of the global economic recovery.  Although the main inflation is under controlled, the Central Bank of Indonesia (BI) attention to the inflation pressure has been continued especially to the anomaly that resulted in disruption of distribution and production so that inflation went to 6.96% in 2010. In addition, Indonesia's balance of payments surplus is expected still quite large. This is supported by the problem of large flows of foreign capital, especially foreign investors and portfolio investment.
While from the side of the current transaction, exports are still high even though slower than the previous quarter and followed by imports which also shows that the current slowdown is still experiencing a surplus. The performance of the current transaction of oil and gas are got pressured due to rising the deficit balance of oil. However this is being offset and getting involved by increasing non-oil current trading performance. With these developments, defuse reserve position at the end of December 2010 reached 96.2 billion U.S. dollars, equivalent to 7.1 months of imports and the government's foreign debt payments.
However, based on the speech at the middle holding of the G7 meeting, President Susilo Bambang Yudhoyono was implied that not asking for help again to the IMF if the futher financial impact of a current crisis will further burden the national economy.
The problem is the IMF (and might also the others international economic organizations) serving the doctrinal propositions and recommendations for policies that are not widely agreed by both of the party, even in terms of capital market liberalization, because basically the IMF imposed policies that are made to the borrower countries. However every country has a choice that is the choice that they are not depended then free by the power of IMF.

World Bank and IMF In Indonesia's economy
Undeniably the World Bank and IMF have brought Indonesia to move away from the State with economic backwardness in the decade of the 1960s to be the developing countries that recorded high growth. But in the long term, developing countries currently experiencing economic instability as a result of a global conpiration of products developed countries.
Into the crisis of loan disbursed slowly that is the obligation to pay the debt. The amount of debt that increased was made the government should continue to allocate budget funds revenue and expenditure of State or the State Budget ‘To pay the debt and interest’. Composition of the budget reflects the amount of debt burden, not only drain state revenue sources but also sacrifice the interests of the people in the form of the subsidy cuts and the enforced of the state spending restrictions. Therefore, although the World Bank has the slogan "working for a world free of poverty", but despite has been operated more than 60 years in Indonesia, the poverty rate remains high. Data from the ‘Statistic Center Agency’ in 2010, there were 31 million poor people in Indonesia.
The adopted policies that issued by the World Bank which affecting the political and economic policies of a State called SAP (Structural Adjustment Program). If the State wanted to increase the debt, the World Bank ordered the Central Bank of the Borrower Countries do "change policy" (which is set in SAP). Because of SAP the World Bank influence on domestic politics and economy in Indonesia are also very becoming larger.
Losses from the loan, from the one lost in the Indonesian economy had lost a result of the oil refining and mining mineral because it was given to pay the debt and because the process of refining and mining was carried out by transnational companies and partner companies of the World Bank. On the other hand, the loss in political fields is it, in the relevance makes the government debt to be very dependent on the World Bank and influence the political decisions which made by the government.
Perhaps it is the time for the Developing Countries to rethink whether World Bank and IMF could be a solution or not. The discipline is a priority in ‘efforts to create its own economic program and execute those program’. The point we are only the ones who ultimately have to resolve Indonesia's economic agenda to be more increased in the further.
In addition, both of the World Bank and the Indonesian government see that the improvements in governance side are absolutely necessary. Only by a clear and good government, performs of the reforms in all fields are able to be done.
If this can be realized, the credibility of the government that built within the solid and support by the representatives of the people-is expected to perform the function of new referrals for the future growth of the nation's economy which is vulnerable from the symptoms of political economy.

****