Bisu Membaca Kitab Suci
Takdir menjadi difabel. Tentu Tuhan
yang menentukan, dan ada hikmah dibalik setiap kejadian dan cerita. Inilah kisah
nyataku 11 tahun silam, saat umurku 9 tahun.
Seperti biasa setiap sore, aku
berangkat mengaji di mesjid. Mesjid yang hanya sepelemparan batu dari rumahku,
tinggal menyebrang jalan saja. Hari itu, aku terlambat datang ke mesjid
Al-Hikmah. Beruntung, guru ngaji juga belum datang.
Sambil menunggu Tengku1
datang, aku ikut bergabung bermain dengan teman-teman—main lompat karet. Yah,
zaman itu permainan gadget dan game online belum merakyat.
Kami tertawa terbahak-bahak,
ketika salah seorang teman kami terjatuh saat main. Bukan bermaksud menghina,
tapi pose dan ekspresi jatuhnya benar-benar mengocok perut. Tapi...kulihat anak
perempuan itu tidak tertawa. Ia hanya tersenyum tipis. Ah apa peduli, mungkin selera humornya rendah,
pikirku.
“Teungku udah datang e...!”
teriak salah seorang yang tak kukenal. Kami segera berlarian berhambur ke
mesjid, mencari posisi duduk. Disini, kami dibagi menjadi 4 kelompok, terserah mau duduk dimana saja. Kebetulan,
hari itu akupun sekelompok dengan anak perempuan itu.
Penasaran, kutanya siapa dia pada
Sumi. “Sumi siapa anak itu, baru ya?”
“Oh, anak lama. Dia bisu, gak
bisa bicara. Tapi dia tetap pergi mengaji.” Jawab Sumi, lebih dari yang ingin
kutahu.
“Allah...”, aku kaget. Untuk anak
sekolah kelas 4 SD seperti aku, dan baru pertama kali bertemu dengan orang yang
berbeda dari orang normal kebanyakan, bagiku luar biasa.
Entah mengapa, aku pindah duduk
di dekatnya, dalam hati ‘aku ingin mendengar bagaimana dia membaca Qur’an. Diam-diam aku sangat
memperhatikannya. Sepertinya dia tidak sadar diperhatikan. Ia sungguh terlihat
serius dan fokus membaca Al-Qur’an, kulihat bibirnya terbuka. Tapi...aku tak
mendengar suara, kemana ayat Allah yang indah, aku hanya mendengar suara sengau
sesekali.
Saat itu, aku sungguh yakin.
Sungguh Allah pasti Maha Mendengar, sangat mendengarkan suaranya yang indah di
dalam hati anak itu. Meski tanpa bahasa atau suara. Ia indah dalam diam,
dihadapan Sang Pencipta yang menurunkan Al-Qur’an. Iqra’...Bacalah....Bacalah....meski
kau tak bisa atau tanpa suara. Bagi Allah, suaranya lebih indah dari suara penembang
lagu manapun, lebih indah dari indahnya paduan suara mendunia. Anak perempuaan
itu sungguh indah dimata Allah. Subhanallah.
Pertama kali, aku tertegun. Seraya
menunduk betapa aku harus bersyukur. Dan berdosa, jika mulutku ini, kadang
kugunakan untuk melawan/membantah perkataan mak dan ayah. Atau sekedar berucap
yang tak berguna membicarakan teman. Kuyakin, ia lahir untuk menjadi hikmah bagi orang didekatnya.
Itulah ceritaku, bersama sahabat mengaji, si gadis bisu, bernama Siti.
1 Orang yang ahli agama, seperti ustad. Sebutan di Aceh
#Hari Internasional Penyandang Disabilitas (HIPENDIS) 2012. “Aku dan Sahabat Disabilitasku