Menjadi Ketua KPK
Benih korupsi ada dimana-mana. Berawal dari kebohongan kecil
dalam keluarga, anak dan orang tua.
Contoh kebohongan
kecil dalam keluarga; Nak, kalau ada yang
cari ayah/ibu, kasih tahu gak ada di rumah ya. Padahal si orangtua ada di rumah.
Anak kecil diajari berbohong. Lalu gantian, si anak izin ke orang tua ada tugas
kelompok. Faktanya malah jalan-jalan sama teman. Belum lagi bolos sekolah,
telat, nyontek.
Masuk tes PNS, banyak calo PNS. Supaya lulus
kedokteran universitas bergengsi, dan masuk sekolah berkualitas, bisa di urus
kalau ada orang dalam yang dikenal alias sogok. Bukan rahasia lagi dan banyak kecolongan.
Ada pungutan liar dijalanan, pungutan sekolah
tanpa pertanggungjawaban jelas. Perihal lulus sekolah, dengan beli soal UN/kunci
jawaban. Bahkan ada juga guru yang tahu dan diam saja. Lulus kuliah, buat skripsi,
tinggal pesan ke penyedia jasa—sudah rahasia umum. Lebih parah, ijazah bolong (alias tanpa tamat
sekolah/kuliah), sertifikat palsu.
Mencari pekerjaan. Kalau ada koneksi bisa di lobby. Ada lagi, karena kerabat si
panitia acara, diizinkan gratis masuk, tanpa beli tiket—budaya nepotisme.
Pedagang yg mengurangi takaran timbangan, menipu
dengan barang kualitas rendah.
Tukang becak/penyedia jasa trasportasi yang curang,
jika pendatang baru tidak tahu harga pasaran ke tujuan, harga dinaikin 3x
lipat.
Pemulung, yang niatnya cuma ngambil sampah,
begitu ada kesempatan barang tergeletak, dicuri.
Sopir taksi, kalau orang baru gak tahu jalan,
ditipu lewat jalan yang lebih jauh supaya bayar lebih mahal.
Jangan ditanya lagi, perkara tilang menilang, mengurus
izin ini itu, mengurus barang hilang, hasilnya pelayanan lama berujung uang.
Hingga, negarawan yang menyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
Tipu muslihat dimana-mana. Serba uang, curang,
tipuan, dan kekuasaan. Masyarakat menyalahkan pemerintah/pihak lain, marilah kita berkaca diri!
Semua level berbohong. Menipu. Tak punya malu.
Tak takut. Tak ingat Tuhan maha Melihat.
Orang jujur, terlalu idealis di lingkungannya,
akan dikucilkan bahkan tersingkir. Ironi tapi fakta!
Andai saya menjadi ketua kpk:
1. Pertama, Menyertakan
Tuhan sebagai langkah awal, berdoa.
2. Keluarga
kunci utama. Peran ibu sangat besar, wanita harus diberdayakan, berpendidikan
cukup untuk mengayomi anak. Kerjasama dengan pemerintah memberikan pendidikan
khusus bagi para ibu.
3. Sekolah
menjadi penentu, utamakan pendekatan praktek, diwajibkan seluruh sekolah punya
kantin kejujuran, menyontek dilarang keras dan hukumannya berat, guru memberi
contoh dengan berlaku adil, pemberian nilai objektif dan tranparan.
4. Menumbuhkan
dan mengembangkan kesederhanaan, kejujuran, dan kebaikan, di keluarga, sekolah,
lingkungan, dan dimana saja.
5. Menjalin
kerjasama dan koordinasi ke lembaga, sekolah, penegak dan aparat hukum, media
massa, organisasi kampus/sekolah, komunitas, pemuka agama dan masyarakat.
6.
Menghukum
tegas (lebih baik hukuman seumur hidup), dan menindak tanpa pandang bulu
7.
Menyita
seluruh asset dan memikiskan koruptor.
8. Rutin Inspeksi
mendadak di instansi/badan/lembaga (uji integritas), dan penjara (apakah
koruptor terbukti di penjara dan diperlakukan sama dengan tahanan lain).
9. Menguatkan
intern KPK, sebagai ketua kpk, saya tidak dapat mempercayai semua orang, tapi saya
dapat memilih orang terpilih terpercaya.
10. Jaminan perlindungan
seluruh keluarga pimpinan dan anggota KPK, dari berbagai ancaman dan kekerasan.
11.
Menyiapkan
kekuatan sikap mental, psikologis, spiritual, dan fisik seluruh pemimpin dan
anggota KPK untuk melawan korupsi.
12. Meningkatkan
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di KPK.
13. Mengusahakan
KPK memiliki cabang tingkat provinsi, sehingga pengumpulan data, kecepatan
bertindak, hasil maksimal terwujud, seperti BPK.
14. Meningkatkan
pendanaan, mengusahakan alokasi APBN lebih maksimal untuk memberantas korupsi,
bagaimanapun juga berkat kerja KPK banyak uang negara yang kembali.
15. Memberikan
beasiswa luar negeri kepada pegawai kpk, yang berkompeten,integritasnya teruji.
Dengan beasiswa keluar negeri, dia bisa mengambil ilmu negeri orang secara
lebih dalam dan dekat, sekaligus semakin bertambah rasa cinta tanah air dan
bangsanya.
16. Selain hukuman
penjara, denda, sita seluruh asset, dan juga hukuman sosial. Hukuman sosial yaitu
bekerja di yayasan pendidikan, peternakan, perikanan, dan lain-lain. Supaya mereka
sadar dan menggerakkan orang lain untuk tidak melakukan hal serupa.
17. Sebagai koruptor
identitasnya harus tetap melekat selamanya. Semua nama koruptor harus di black list. Koruptor yang telah bebas
dari hukuman, tidak akan diterima bekerja di lembaga/instansi pemerintah
manapun, termasuk swasta. Jadi untuk menyambung hidup harus memulai dari nol
dengan buka usaha kecil, atau jadi pekerja rendahan.
18. Terakhir, jangan
menyerah sampai maut diujung tenggorokan melawan korupsi dan terus berDOA tanpa
lelah dan yakin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar