Jumat, 02 Desember 2011

The Lost Of Continent--Atlantis, Where??


Atlantis—Indonesia?


Bencana demi bencana alam terus terjadi di dunia, efek dari global warming mulai berdampak di beberapa belahan negara. Kekacauan sistem alam menjadi hal yang biasa ditampilkan di televisi dan  disajikan media masa lainnya. Berita cuaca buruk, gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, longsor, dan banjir. Termasuk Indonesia, sepanjang 2010 silam fenomena kehancuran alam kian bersahut-sahutan sejak gempa bumi,  gunung-gunung api mulai aktif dan menaikkan statusnya menjadi siaga. Tak dapat dipungkiri Indonesia memang salah satu daerah rawan bencana.
Untuk kawasan Indonesia dalam seminggu kedepan masih merasakan efek dari cuaca buruk, yaitu angin kencang yang menggulung laut mencapai ombak setinggi 3-4 meter. Aktivitas laut menjadi terganggu, penduduk pesisir pantai kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan.
Perubahan iklim global, menyebabkan cuaca ekstrim melanda secara dunia. Fenomena El Nina di pasifik menyebabkan pergerakan angin Pasifik menuju Indonesia timur dan tengah. Mengakibatkan cuaca buruk, curah hujan tinggi, dan angin kencang. Negara yang terkena dampak paling parah di kawasan Australia timur laut, banjir yang terjadi merupakan banjir terparah selama 50 tahun terakhir.
Hal ini mengingatkan kita pada kejadian ribuan tahun lalu, seorang filsuf terkenal bernama Plato menyatakan sekitar 2500 tahun lalu bahwa “Pernah ada suatu tempat, benua luas yang amat kaya dan maju peradabannya sepanjang masa namun hilang sebab bencana dasyat , itu adalah Atlantis—imperium terkemuda pada masanya.” Tempat tersebut telah banyak mengalihkan para peneliti di dunia, mereka melakukan pencarian jejak-jejak Atlantis. Atlantis disebutkan oleh Plato dalam bukunya “Surga yang Punah”. Atlantis dahulunya merupakan pusat perdagangan seluruh dunia, seluruh dunia mengenal Atlantis. Kenyataanya meski benua tersebut sudah hilang, tetapi tidak pernah hilang dalam ingatan manusia dan catatan sejarah menyimpan Atlantis dengan kekaguman.
Penduduk Atlantis mengumpulkan harta kekayaan yang melimpah, sampai Plato sendiri merasa takjub. Selain kaya, penduduk Atlantis juga mulia dan berbudi luhur. Mereka lebih mengutamakan kebijaksanaan dan kesalehan ketimbang kekayaan.  Suatu ketika bencana banjir dan gempa bumi melumatkan imperium terkemuka itu sehancur-hancurnya. Plato sendiri menyebut bencana alam yang dialami penduduk Atlantis itu sebagai "Banjir Semesta".

Kekacauan alam di dunia saat ini seperti ingin mengulang sejarah di masa lalu. Cuaca buruk di Indonesia semakin membuat kerusakan dan permasalahan. Tak hanya alam yang dirugikan, penduduk Indonesia juga merasakan permasalahan. Contoh nyata, akibat cuca buruk, pertanian menjadi tidak stabil, waktu panen dan tanam menjadi masalah serius, berdampak pada harga produk pertanian menjadi tidak stabil, kenaikan barang-barang berlaku. Akhirnya, penduduk marginal tidak sanggup mengkonsumsi  beras, beralih pada tiwul pembawa maut.

Hubungan Atlantis dan Indonesia

Selama 25 abad sejak masa Plato, ribuan buku tentang Atlantis telah ditulis orang. Namun, perihal "Benua yang Tenggelam" itu masih jauh dari terselesaikan. Misteri tentang letaknya juga belum pernah terjawab secara memuaskan, kendati ratusan tempat berbeda di dunia diklaim sebagai lokasinya. Di antara lokasi itu adalah Mediterania, Laut Utara, Pesisir Laut Atlantik di Eropa dan Afrika, kawasan di tengah Laut Atlantik, Segitiga Bermuda, hingga Amerika.

Akhirnya, penelitian terbaru Atlantis oleh Profesor Santos, satu-satunya tempat yang sejauh ini belum dinyatakan sebagai lokasi Atlantis di antara ratusan lokasi adalah Indonesia. Bahkan lebih tepatnya, di tempat inilah--lebih baik dinamai Paparan Sunda (Sundaland) atau Austronesia-- dataran-dataran rendah Atlantis yang tenggelam itu berada. Benua mahabesar yang tenggelam ini sebenarnya terletak di laut dangkal yang ada di selatan Asia Tenggara, di wilayah yang sekarang bernama Indonesia.

Pulau-pulau di Indonesia, yang jumlahnya banyak dan tersebar, sesungguhnya adalah dataran-dataran tinggi dan puncak-puncak gunung yang tersisa ketika dataran-dataran rendahnya yang luas tenggelam pada akhir zaman es. Ini terjadi ketika permukaan laut di seluruh bumi naik setinggi 130 hingga 150 meter.
Anehnya, menurut dia, tak seorang pun pernah berpikir untuk mencari Atlantis di bagian wilayah Indonesia yang sekarang sudah terendam, lokasi yang sebenarnya memiliki daratan sangat luas berukuran benua. Tak seorang pun pernah bermimpi bahwa "Benua yang Tenggelam" sesungguhnya ada di sana--Indonesia.
Dinyatakan secara mengejutkan Indonesia bagian dari Atlantis. Boleh membuat kita berbangga diri di kancah Internasional, bahwa setidaknya dulu pada masanya, tempat kita pernah menjadi peradaban paling maju. Namun, peradaban paling maju tersebut telah mengalami kehancuran karena bencan alam. Hal ini menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk tidak mengulangi sejarah di masa lalu.  Meskipun tanah air Indonesia sebagai wilayah rawan bencana, sebagaimana telah dialami Atlantis. Sudah saatnya kita belajar dari sejarah di masa lalu dengan memanfaatkanperkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya. Generasi pengenggam ilmu pengetahuan dan teknologi harus terpatri untuk melindungi  seluruh dunia.



Tidak ada komentar: